ZAMAN KEEMASAN: BANI ABBASIYYAH
Monday, 15 February 2016
Zaman ‘Abbasiyyah (132H/750M – 656H/1258m)
Kerajaan Bani
‘Abbasiyyah adalah khilafah Islam yang paling lama berkuasa dan berperanan
dalam mewujudkan tamadun Islam yang gemilang. Tempoh pemerintahan Bani
‘Abbasiyyah dikenali dalam sejarah Barat sebagai The Golden Age.
Perkembangan sejerah pemerintahan Bani ‘Abbasyyah
dapat dibahagikan kepada tiga zaman;
- Zaman Perkembangan (750 - 950M)
- Zaman Perpecahan (950 - 1050M)
- Zaman Kejatuhan (1050 -1250M)
Pembentukan
pemerintahan Bani ‘Abbasiyyah telah melalui proses yang panjang dan terancang.
Daulah ‘Abbasiyyah adalah sebuah negara yang menyambung kekuasaan bani Umayyah.
Kerajaan ini dinamakan Daulah ‘Abbasiyyah kerana para pemerintah dinasti ini
adalah dari keturunan bapa saudara Rasulullah SAW iaitu AL-Abbas bin Abdul
Mutalib. Ia dimulakan oleh Abdullah Al-Safah bun Muhammad bin Ali bin Abdullah
bin Al-Abbas. Beliau dilantik menjadi Khalifah pada 3 Rabiul Awwal 132H.
Kekuassan Dinasti Bani ‘Abbasiyyah berlangsung dari tahun 750-1258 M.
Penubuhan Daulah
‘Abbasiyyah dianggap suatu revolusi dalam khalifah Islamiyyah. Menurut Crane
Brinton, terdapat empat ciri yang menjadi identity revolusi pada masa itu:
1. Sebelum
berlakunya revolusi, ideologi phihak pemerintah pada masa itu telah dikritik
dengan hebatnya oleh masyarakat kerana mereka kecewa dengan penderitaan yang
wujud disebabkan oleh kelemahan-kelemahan ideologi pihak berkuasa.
2. Pemerintahan yang tidak cekap kerana lemah melakukan penyesuaian system sosial dengan perkembangan keadaan dan tuntutan zaman.
3. Perubahan sokongan para intelektual yang mendokong ideologi pemerintah kepada wawasan baru yang dipelopori kumpulan penentang.
4. Revolusi itu merangkumi kerjasama kumpulan bawahan yang tertindas dengan pegawai-pegawai pemerintah yang tidak berpuas hati dengan system yang ada.
Khalifah
‘Abbasiyyah yang disegani iaitu Harun al-Rasyid telah membuktikan kejayaan
kerajaan ‘Abbasiyyah dalam mencapai tahap kegemilangannya yang tertinggi
meliputi hampir kesemua aspek kehidupan dari ekonomi, pendidikan, kesihatan dan
kebudayaan. Pemerintahan Harun al-Rasyid di Baghdad menjangkau tempoh.
Kehidupan Politik Pada Masa Bani Abbasiyyah
Struktur Kerajaan 'Abbasiyyah
- Sepanjang pemerintahan, kerajaan Abbasiyyah diperintah oleh 37 orang pemimpin.
- Sistem pemerintahannya banyak dipengaruhi oleh sistem pemerintahan kerajaan Farsi.
- Hal ini berlaku kerana banyak orang Farsi yang memeluk agama Islam menjawat jawatan penting dalam. kerajaan.
- Berikut adalah carta pemerintahan Kerawjaan Abbasiyyah: -1.
Pada period pertama pemerintahan
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Period ini juga berhasil menyiapkan landasan
bagi perkembangan falsafah dan
ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah
period ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang
politik, meskipun falsafah dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
· Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Selanjutnya digantikan oleh Abu Ja'far al-Manshur (754-775 M.), yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syi'ah. Untuk memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu per satu disingkirkannya.· Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah sebagai gabenor oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh kerana tidak bersedia membaiatnya, al-Manshur memerintahkan Abu Muslim al-Khurasani melakukannya, dan kemudian menghukum mati Abu Muslim al-Khurasani pada tahun 755 M., kerana dikhawatirkan akan menjadi pesaing baginya.2. Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah,dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga kestabilan negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia.3. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan organisasi pemerintahannya, di antaranya dengan membuat secara teratur. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru iaitu:· Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara.4. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk mengantar surat.5. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar.· Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan.· Di antara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus.· Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M., Bizantium membayar ufti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian lain Oxus dan India6. Disamping itu, berbeda dari daulat Bani Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai "gelar tahta", seperti al-Manshur, dan belakangan gelar tahta ini lebih popular daripada nama yang sebenarnya.7. Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan.· Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah).· Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar.8. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.9. Al-Mu'tasim, khalifah berikutnya (833-842 M.), memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal.· Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar.· Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi'ah, dan konflik antar bangsa dan aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.10) Politik· Ketika Daulah Abasiyah memegang tampuk kekuasaan tertinggi islam, terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat, pada porsi tertentu antara politik dan sastra saling mempengaruhi. Pergeseran paling fundamental terjadi ketika pusat kekuasaaan dipindahkan dari· Tradisi arab ke Baghdad dengan tradisi Parsinya. Pada masa ini seluruh sistem pemerintahan dan kekuasaan politik dipengaruhi peradaban Sasaniyah ParsiDimana khalifah berkuasa mutlak dan memimpin seluruh struktur pemerintahan mulai dari menteri, pengadilan, sampai panglima prajurit.
Peranan Baitul Hikmah Pada Zaman 'Abbasiyyah
Asal Usul Baitul Hikmah
· Baitul Hikmah didirikan oleh Khalifah Harun Ar Rashid pada tahun 813 M dan terletak di jantung kota Bahgdad.
· Walaupun pada awalnya hanya sebuah perpustakaan, tetapi Baitul Hikmah bukanlah perpustakaan seperti yang kita kenal saat ini. Baitul Hikmah bahkan lebih menyerupai universiti..
· Di sini adalah tempat pertemuan para intelektual, pusat kajian dan diskusi, pusat penterjemahan, pusat penelitian, dan tempat penerbitan buku.
Perkembangan Baitul Hikmah
Baitul Hikmah menjadi pusat pertemuan ilmu-ilmu pengetahuan dari Barat (Yunani) dan dari Timur (India, Persia dan China) yang selanjutnya dikembangkan oleh para cendekiawan Islam menjadi berbagai ilmu pengetahuan, seperti matematik, falsafah, astronomi, kedoktoran, fisik dan juga metafisika.
· Di tempat ini, buku-buku dari Barat dan Timur dikaji, dibincangkan, dikritik, diterjemakan dan dan kemudian ditulis semula..
·
Ibnu Khaldun sebagian ulama yang belajar di
Baitul Hikmah. Mereka lah yang berpengaruh besar terhadap perkembagan ilmu
pengetahuan selanjutnya, bukan hanya untuk Islam tapi juga barat dan
eropah.
Kemajuan Setelah Meninggalnya Harun Ar-Rasyid
·
Setelah meninggalnya Harun Ar-Rashid,
pemeliharan Baitul Hikmah kemudian dilanjutkan oleh penerusnya, Al-Ma’mun.
·
Di masa
Al-Makmun, Baitul Hikmah terus mengalami kemajuan.
·
Al-Makmun mengundang para ilmuwan di seluruh
dunia Islam untuk berbagi idea, informasi, dan pengetahuan di perpustakaan ini.
Ketertarikannya terhadap filsafat juga mendorongnya melakukan terjemah
besar-besaran terhadap karya-karya dari Yunani.
Kemerosotan Baitul Hikmah
·
mengalami kemerosotan di masa Al-Mutawakkil,
·
dan kemudian musnah pada masa Al-Musta’shim
akibat serangan tentara Mongol yang
dipimpin oleh Hulagu Khan, cucu Genghis Khan, pada tahun 1258.
Namun Baitul Hikmah
hancur diratakan dengan tanah, dan buku-bukunya dibuang sungai. Konon, warna
air Sungai Tigris yang melalui Bagdad, berubah menjadi merah dan hitam selama
seminggu. Merah dari darah para ilmuwan dan filsuf yang terbunuh, sedangkan
hitam dari tinta buku-buku berharga koleksi Baitul Hikmah yang luntur setelah
dibuang ke sungai itu.
Subscribe to:
Posts (Atom)